23 February 2008

Mencintai linux, Mengharapkan Mac, Tak bisa lepas dari Windows


Seperti sebuah dilema kisah percintaan, pengguna komputer saat ini diberikan banyak pilihan sistem operasi (OS) untuk mereka gunakan sehari-hari. Ingin memilih OS yang mana yang tepat untuk dirinya. Pilih satu, dua atau mungkin banyak OS di satu PC mereka, mengingat setiap OS mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Ada banyak pilihan seperti MS Windows yang banyak dipakai dan mudah digunakan tetapi berharga mahal (yang ORI lho, bukan bajakan seharga 15 rb!), Linux yang Free (‘Free’ yang berarti ‘bebas’ seperti bebas digunakan, dimodifikasi dan didistribusikan, bukan ‘Free’ berarti ‘gratis’, mengingat utk mendowloadnya butuh biaya koneksi internet, dalam bentuk CD/DVD butuh biaya pembelian dan sekarang pun ada distro Linux yang harus dibeli seperti Windows), Macintosh yang elegan dengan kemampuan multimedianya yang handal tetapi harus dibeli dgn Hardwarenya sekalian atau OS-OS lain seperti Free-BSD, BeOS dan lainnya.

Saya sendiri sudah pernah mencoba berbagai OS, dari menginstall langsung dgn mempartisi Harddisk atau memakai software Virtual Machine. Dan seperti kisah cinta, saya juga ingin setia kepada SATU saja OS yang saya cintai. Dari pengalaman kenalan dengan berbagai OS, saya langsung jatuh hati pada Apple Macintosh. Diibaratkan wanita, Mac itu adalah the most beautiful Girl in the world. Tampilannya cantik, elegan dan mewah. Apalagi Mac sudah dikenal dibidang Grafik desain dan multimedia dari dulu. Software-software grafis yang sekarang ada diWindows pun sebagian dulunya adalah software yang berjalan diMac. Tapi ada kendala yang membuat tidak mudah menggunakan Mac. OS untuk Mac yaitu MacOSX atau versi dibawahnya harus dijalankan pada komputer Apple. Walaupun Mac masih bisa dijalankan pada PC diluar Apple, tetapi menggunakan MacOS dikomputer lain seperti menggunakan mesin Ferrari dimobil lain. Tidak nyaman dan efisien ( Panduan Praktis Menggunakan Mac – Mediakita 2007 ). Sedangkan harga komputer Apple rata-rata berharga lebih mahal dari PC biasa dan itulah kendala buat saya karena tidak bisa menjalankan MacOS dgn Maksimal di PC saya.

Pilihan kemudian beralih ke Linux. Pertama kali belajar langsung berkesimpulan “ribet banget sih nih Linux, nginstallnya bikin stress, mau ngapa-ngapain mesti minta permisi dulu, dah gitu mesti ngapalin Command line segala!”. Tapi setelah sekarang Linux berkembang kearah User friendly, menjalankan Linux sudah semudah Windows, kesimpulanpun berubah. Linux ternyata lebih stabil, bebas virus, banyak tersedianya distro yang diberikan dari majalah-majalah komputer dan tampilannya pun semakin cantik dgn adanya beragam pilihan Desktop. Saat ini saya menggunakan Linux Mandriva utk belajar jaringan dan DreamLinux ( Debian based ) yang tampilannya mirip Mac. Sekarang jadi lebih intens memakai Linux. Kecintaanpun semakin bertambah dengan adanya Tux sebagai maskotnya.

Tetapi walaupun saya mencintai Linux dan terus mengharapkan Mac, ada satu hal yang tidak bisa begitu saja ditinggalkan atau dilupakan. Windows!. Jujur, walau bagaimanapun saya tetap masih tergantung pada Windows untuk keseharian saya. Tidak ada game sebaik game yang bejalan di Windows, mengerjakan tugas kuliah memakai software berbasis Windows, dan membuat desain dgn Software Graphic utk Windows.
Dan kalau diibaratkan kisah cinta lagi, saya tengah menjalani kisah cinta segi empat!.
Mencintai linux, mengharapkan Mac, Tak bisa lepas dari Windows.



4 comments:

Jsugi said...

Lumayan lah.....tapi yang gak tahan foto lo yang pake kaca mata itu lho,kayaknya gue kenal,tapi siapa ya?

Jsugi said...

Ok Man ide lo bagus kok.kapan-kapan lo ajari gue ya.

Anonymous said...

Keep up the good work.

drumer-duniamusic.blogspot.com said...

ted,,,

ajarin w dunk..
w pgn bgd bsa design nih..